<!–This script should be places anywhere on a page you want to see rating box–>
<div style=”width:620px;height:550px;”>
<script type=”text/javascript”>
var r_companyid = 2735;
var r_ratingboxid = 6590;
var r_boxid = 0;
var r_presentation = 0;
var r_itemid = encodeURIComponent(window.location.href);
var r_userid = ‘0’;
var r_rspage = ‘rsratereviewbox’;
var r_category = ‘3’;
var r_css = ‘BlueHawaii-Wide-w.css’;
</script>
<script type=”text/javascript” src=”http://www.rating-system.com/js/rs/rsiframe.js”></script>
<div style=’clear:both’></div><small>Powered by <a href=’http://www.rating-system.com’ target=’_blank’ title=’Hosted Ratings and Review solution and Q and A software’>Rating-System.com</a></small><!– DO NOT REMOVE THE LAST LINE, please contact us first if you need to do it –></div>
Object 1
Posted in Uncategorized
Good News from Indonesia!
Dear All Bloggers:
I encourage you to visit this blog . Yes, click the image! It will take you to another side of the world filled with good news that will enlighten and cheer up your day!
To Indonesians around the world, this will clearly bring up your love of Indonesia and make you feel optimistic about the future. To everybody else, this will open your horizon of today information that you aren’t likely to find on newspapers.
Good News from Indonesia is all about the good news, beyond headlines.
Enjoy!
Posted in Fenomena
Karnoto: An Indonesian Culinary Business Story in America
Karnoto. Nama ini terdengar sangat Indonesia, atau tepatnya sangat Jawa. Dan memang Karnoto adalah nama seorang Jawa yang terkenal dengan masakanan Indonesianya yang hanya tersedia exclusively di hari Minggu di rumah sederhananya di Maryland, USA.
Pak Karnoto ini ceritanya adalah seorang koki yang libur pada hari minggu. Namun hari Minggu pun tidak digunakan untuk istirahat, justru untuk mengobati kekangenan orang-orang Indonesia akan masakan nusantara. Pengunjungnya pun datang dari berbagai pelosok daerah Maryland-Washington DC-Virginia. Ini mungkin salah satu jargon para pebisnis makanan, “Kalau makanannya enak, ke mana pun akan dikejar“.
Menu masakan yang disajikannya memang sangat beragam, miriplah menu restoran nusantara. Ada nasi goreng ayam, seafood, dan kambing. Martabak telur juga ada. Cumi-cumi cabe hijau ala restoran padang pun tersedia. Tempe dan tahu goreng, ayam goreng sambel terasi, soto babat, rawon, pempek…and the list goes on. Untuk sebuah wisata kuliner seminggu sekali ini cukup menyenangkan dan mengenyangkan.
Bukan hanya karena menunya yang beragam yang membuat Karnoto is worth the mention, melainkan juga Baca terusannya!
Night Driving in the Suburb
Driving a car is fun. It’s made even more exciting if we can drive smoothly on a hassle-free road. But I know it ain’t always possible. There are just so many things we encounter on the road. And I think that’s what could make our own car one of the most stressful places in this planet.
You can find almost any excuse to justify your swearing…people honking impatiently, cutting in-and-out, driving so close behind us like we have to hit 70 mph so they won’t hit us, police car on the shoulder ready to turn the alarm on once we go over 40 mph, heavy rain, thick snow, icy road, fogs blocking our sights, running late, and the list goes on. What do you hate the most? I used to think that every police car passing my car knows that I’m a rookie driver. I’m not a rookie anymore, yet still I hate it when a police car is driving behind me.
But something else irritates me more when driving at night, especially in the suburb. Keep Driving!
Posted in Etika, Sosial | Tags: Highbeam, night driving, Night lights, Suburb
Globalization: Are We Going to Have the Same Face?
Living in today’s world is way different from what anybody could have ever expected. News spread at the speed of light. Leaving a little room for arbitrage. Indeed, connecting every part of the world is argued to bring an enhancement to the people living in it.
Globalization is making every single part work together. Tom Friedman called it the Ten Flatteners. They are what makes us somewhat connected to everybody. Yes, all kind of people. Those who have access to anything. In another world inside the earth Facebook connects people; it smooths globalization. And as globalization advances further, are we going to show a stronger Indonsian identity or are we going to have the same face with other nations? Keep reading!
Posted in Bisnis, Fenomena, Sosial | Tags: Facebook, Globalization, IFRS, Mango, Ten Flatteners, Tom Friedman, Zara
Globalization: Are We In?
Original article posted on www.jakartabutuhrevolusibudaya.com.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbesar di dunia. Menurut data biro sensus Amerika, perkiraan jumlah penduduk Indonesia di tahun 2010 mencapai 242,968,342 yang menempatkan kita di urutan ke-empat negara berpenduduk terbanyak di dunia. Angka ini sedikit di atas Proyeksi Penduduk Indonesia oleh BPS, BAPPENAS, dan UNFPA yang memperkirakan penduduk Indonesia akan sebanyak 233,477,400 di tahun yang sama. Tiga negara di ranking teratas (Cina, India, dan Amerika Serikat) adalah mereka yang selain bersaing dalam jumlah penduduk juga bersaing dalam berbagai bidang strategis di dunia. Cina telah berhasil melampaui pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat. India kini semakin ngebut dengan berbagai pengembangan teknologinya. Amerika sendiri, selain berusaha agar tidak sampai keteteran di arena balap dunia, tampaknya semakin gencar melakukan manuver politik untuk mendukung bidang-bidang lain. Amerika, Cina, India, dan negara-negara maju lainnya bersaing sekuat tenaga untuk menjadi pemimpin era globalisasi.
Di era globalisasi ini segala sesuatu bisa dilakukan dengan cepat dari dan ke mana saja. Saat konsumen di Amerika menelpon customer service suatu perusahaan, kemungkinan besarnya adalah telepon mereka akan dijawab oleh seorang petugas call center yang berlokasi di India. Berita gempa di Indonesia segera tersiar di CNN dalam kurang dari 12 jam. Produk furnitur dari Jogja pun sudah banyak menghiasi kota London. Apa lagi yang tidak bisa kita lakukan di jaman internet ini? Membaca berita, membeli buku, menyaksikan pertandingan sepakbola, bahkan mencari jodoh pun sekarang bisa dilakukan melalui internet. Semuanya sudah seperti Dji Sam Soe, menembus batas! Kita pun tak ingin ketinggalan menjadi salah satu peserta globalisasi. Baca terus!
Posted in Bisnis, Fenomena, Sosial | Tags: Ekonomi, Globalization, Pasar Global, Penduduk, Sensus, The World is Flat
Fenomena: Kapitalisme di Indonesia
Sebenarnya, saya kurang setuju bila Indonesia tidak dikategorikan sebagai negara kapitalis seperti Amerika Serikat. Di Indonesia hampir semua orang, asal punya uang, bisa menjalankan bisnis. Di Amerika, belum tentu.
Di Amerika, yang punya modal besar akan menguasai pasar. Yang modalnya kecil meramaikan pasar. Kredit untuk bisnis bisa dikatakan accessible, tapi tidak mudah dan sangat selektif. Tidak semua orang bisa membuka bisnis. Peraturan perpajakan dan hukum bisnis yang ketat membuat wirausaha tidak semudah membuka warung kaki lima di Indonesia. Catat, menurut teman saya yang sudah 7 tahun menjadi peracik makanan buka puasa favorit Cinta Laura, Sushi, untuk start-up sebuah restoran sederhana dibutuhkan kira-kira Tebak, berapa?
Posted in Bisnis, Fenomena, Sosial | Tags: Bisnis, kapitalisme, modal, pajak, perekonomian, Roti Bakar Khas Bandung, warung
Apakah Penampilan Harus Selalu Relevan dengan Pekerjaan?
Apakah penampilan kita harus selalu relevan dengan jenis pekerjaan kita? Malah ada yang bilang bahwa penampilan secara otomatis mencerminkan pekerjaan kita. Contoh gampangnya ya businessman yang tampil necis berdasi dan berjas, profesor yang berkacamata, polisi yang berambut cepak dan tegap, atau hairstylist yang rambutnya pasti gayanya tidak mudah ditiru manusia biasa.
Nah, mari kita fokuskan pembicaraan pada contoh yang terakhir, hairstylist. Kalau kamu pergi ke salon, bisalah langsung menebak mana yang penata rambut mana yang rambutnya perlu ditata. Sebenarnya dengan hanya melihat seragam yang dipakai sih sudah terlihat mana yang penata rambut. Tapi seragam saja tidak afdol. Bagi yang pria tidak harus jadi banci (meski kebanyakan sih begitu), paling tidak seorang penata rambut mempunyai gaya rambut yang oke donk. Kalau rambutnya saja tidak sedap dipandang bisa-bisa ungkapan ini menusuk hati mereka, “sebelum menata rambut orang lain, tata rambutmu sendiri terlebih dahulu“. Wajar,kan? Ya iyalah, masa Apa, coba?
Posted in Bincang, Bisnis, Ngalor-ngidul | Tags: hairstylist, penampilan, penata rambut, salon
Opinionated Writer, How Far Would You Go?
Apa Susahnya Sih Membaca?
Yang saya maksud dengan membaca di sini bukanlah membaca tingkat tinggi macam membaca novel intelek a la Deception Pointnya Dan Brown apalagi literature karya Leo Tolstoy dan William Shakespeare. Itu jelas susah dan berat. Membaca yang saya maksud adalah membaca kata/frase/kalimat atau peringatan yang sering tertera di formulir, muncul di monitor komputer, atau tertempel di kaca pintu/jendela. Misalnya stiker bertuliskan: Awas anjing galak! Bukan hal yang sulit untuk dibaca bahkan dimengerti, kan?
Membaca hal-hal kecil seperti ini terlihat cukup sepele hingga mungkin sudah tidak masuk kategori membaca lagi. Padahal…?
Posted in Ngalor-ngidul | Tags: awas anjing galak, Dan Brown, Leo Tolstoy, literature, membaca, stress, William Shakespeare
Reader’s Comments